Stress will Kill You (2)

(Business Lounge Journal – Medicine)

Setelah mengenal dampak terhadap tubuh (Baca: Stress will Kill You! – 1), kita juga harus mengetahui dampaknya terhadap otak kita. Sebagaimana kita tahu, otak manusia adalah fungsi luhur yang benar-benar berbeda dari binatang. Dengan otak kita yang hebat ini kita mampu mengerjakan banyak hal. Apa jadinya kalau otak kita rusak? Sayangnya banyak manusia tidak menyadari bahwa dirinya sendirilah yang merusak otaknya. Mengapa saya katakan demikian? Sebab membiarkan stres menguasai kita adalah sebuah keputusan hidup. Kita dapat memutuskan membuang stres atau memeliharanya menjadi suatu stres kronis.

Efek Stres Kronis pada Otak Anda

Stres kronis jelas berdampak buruk bagi otak Anda. Stres dapat  mengubah fungsi otak Anda dan bahkan mengubah strukturnya hingga ke tingkat DNA dan dapat menimbulkan berbagai-bagai masalah dan sakit penyakit. Stres benar-benar dapat membunuh otak Anda dan membuat Anda kehilangan aset terbaik yang Anda miliki sebagai seorang manusia.

Berikut ini adalah hal yang dapat terjadi pada otak sebagai dampak dari stres yang kronis:

1. Penyusutan otak yang berakibat mudah lupa, daya ingat menurun dan lama kelamaan dapat hilang ingatan.

Hal ini disebabkan  karena sinyal-sinyal listrik di otak yang terkait dengan ingatan faktual melemah. Hormon Kortisol dapat membunuh, mengecilkan, dan menghentikan pembentukan neuron baru di hippocampus dan PFC (prefrontal cortex).  Hippocampus berperan penting untuk belajar, memori dan regulasi emosional, serta mematikan respons stres setelah peristiwa stres berakhir. Sedangkan PFC berpengaruh pada  pengambilan keputusan, memori kerja, dan kontrol perilaku impulsif membuat orang lebih bodoh, mentok saat berpikir.

2. Meningkatkan resiko Dementia dan Alzheimer

3. Rasa cemas dan kuatir  yang berlebihan

Rasa ini timbul karena rendahnya neurotransmitter Serotonin dan Dopamin. Bahkan pada akhirnya dapat berujung pada depresi. Depresi  timbul karena rendahnya Serotonin disertai dengan kecemasan dan iritabilitas, sementara depresi berbasis Dopamin membuat Anda  menjadi tidak fokus, tidak termotivasi, lesu, dan depresi serta kurangnya kenikmatan hidup.

4. Menjadi ceroboh dan emosional

Area-area di otak yang berhubungan dengan emosi semakin menguat saat stres.

5. Muncul radikal bebas yang membunuh sel-sel otak.

Masih ingat pelajaran biologi tentang kromosom yang memiliki pelindung akhir yang mirip dengan ujung plastik pada tali sepatu. Itulah Telomere! Setiap kali sel membelah, telomere menjadi sedikit lebih pendek. Ketika mencapai panjang yang sangat pendek, Telomere akan memberitahu sel untuk berhenti membelah, bertindak sebagai saklar bunuh diri hingga sel-sel otak mati secara prematur.

6. Menghentikan pertumbuhan sel baru di area memori.

Kortisol akan menghentikan produksi BDNF yang mengakibatkan lebih sedikit sel-sel otak baru yang terbentuk. BDNF adalah protein yang integral dalam menjaga sel-sel otak yang ada tetap sehat dan merangsang pembentukan sel otak baru.

7. Berkontribusi terhadap munculnya peradangan otak.

Hal ini disebabkan karena stres kronis adalah salah satu faktor yang meningkatkan risiko keaktifan mikroglia otak, sehingga menghasilkan protein bernama Sitokin yang menimbulkan  peradangan otak dan juga menimbulkan depresi.

8. Stres mempengaruhi Anda untuk mengembangkan berbagai penyakit mental termasuk gangguan kecemasan dan panik, depresi, PTSD, skizofrenia, gangguan bipolar, kecanduan narkoba, dan alkoholisme.

9. Stres menimbulkan kanker otak dan penyakit multiple Sklerosis karena bocornya filter semi permeabel otak.

Lihatlah dampak stres terhadap otak yang menghancurkan manusia. Masihkah memilih meng-entertain rasa stres Anda? Hadapi, lawan dan jadilah menang terhadap stres, sebelum stres membunuh kita!

Vera Herlinadr. Vera Herlina,S.E.,M.M/VMN/BL/Partner in Management and Technology Services, Vibiz Consulting Group