(Business Lounge – News & Insight) Terkait unjuk rasa pro-demokrasi di Hong Kong yang telah berlangsung selama 4 hari jelang musim liburan Hari Nasional Cina maka diprediksi sektor ritel di negara ini akan mengalami beban yang cukup berat. Terutama karena pada waktu-waktu ini Hong Kong tengah memasuki salah satu musim belanja paling ramai. Bulan Oktober selalu tercatat menjadi bulan dimana sektor ritel alami lonjakan penjualan setelah bulan Desember.
Seperti dilansir oleh The Wall Street Journal, Raymond Yeung, ekonom senior di ANZ menyatakan bahwa peluang Hong Kong untuk secara teknis masuk ke resesi pada triwulan III cukup tinggi. Bagaimanapun kekisruhan ini memberi dampak buruk bagi perekonomian Hong Kong diawali kemerosotan pada sektor ritel.
“Jika sebuah kota memiliki sektor ritel yang kuat yang terus tumbuh, sektor ini akan menambal kelambanan perdagangan lintas perbatasan.” Namun demonstrasi memicu kecemasan bahwa penjualan ritel akan terpengaruh selama periode belanja yang vital bagi ekonomi Hong Kong, kata Yeung.
Beberapa sektor lainnya yang turut alami dampak langsung adalah sektor perbankan dikarenakan demo yang terjadi maka bank-bank menutup kantor cabangnya, dan menghentikan sementara beberapa layanan serta mengaktifkan rencana darurat guna mengantisipasi protes pro-demokrasi yang terus berlangsung di beberapa area.
Untuk menghadapi situasi ini, Otoritas Moneter Hong Kong (HKMA), bank sentral de facto Hong Kong, mengatakan telah mengaktifkan rencana daruratnya. HKMA juga menyuntik likuiditas ke sistem perbankannya. Bank sentral berharap pasar valas Hong Kong dapat kembali beroperasi secara normal.
Dengan adanya gelombang demo yang terus menerus berlangsung maka akan mengganggu sektor pariwisata terutama jumlah kunjungan turis dari Tiongkok yang juga merupakan tulang punggung pariwisata dan industri ritel di Hong Kong. Keadaan ini sangatlah mengkhawatirkan mengingat hampir 41 juta turis Tiongkok mengunjungi Hong Kong pada tahun lalu.
Bisa dibayangkan bukan dampaknya pada penjualan sektor ritel negeri ini? Aidan O’Meara, presiden VF Asia Pacific, memprediksi penjualan perusahaannya di Hong Kong alami penurunan signifikan sepanjang minggu liburan. Saat ini VF Asia Pacific merupakan peritel yang memiliki brand seperti Timberland, North Face, dan Vans. VF dikabarkan telah menutup beberapa toko di Hong Kong berdasarkan rekomendasi dari mal dan department store.
Semoga Hong Kong segera dapat menemukan jalan keluar terbaik bagi berlangsungnya kehidupan demokrasi rakyatnya sehingga tidak akan membawa Hong Kong pada situasi ekonomi yang sulit.
Febe/Journalist/VM/BL
Editor: Tania Tobing
Image:Wikipedia