Mau Sukses Bisnis Online? Ini Konsep Dasarnya

(Business Lounge – Marketing) – Saya paling ingat ketika akun sosial media saya penuh dengan jualan online. Perasaan bingung dan sebal, itu pasti. Tetapi di sisi lain, saya berpikir juga bahwa orang yang jualan tersebut memang dalam rangka cari makan, jadi saya pikir ya namanya orang mencari nafkah asal halal ya sudahlah bagaimanapun caranya. Pemasaran melalui digital marketing atau pemasaran online,memang merupakan salah satu bisnis yang menguntungkan saat ini. Namun, jika cara pemasarannya “menyebalkan” di mata orang, toh orang juga jadi malas dan tidak tertarik melihat apalagi membelinya. Atau hal lainnya, misalnya Anda sudah berusaha keras mempromosikannya secara offline maupun online, tapi jika Anda tidak mengerti konsep dasar pemasaran online, Anda pasti tidak juga akan meraih keuntungan secara maksimal.

Di dalam digital marketing atau bisa disebut pemasaran online, kadang kita lebih memikirkan bagaimana supaya jualan kita laku ketimbang daripada kenyamanan calon pembeli kita. Contohnya saja, di sosial media yang sering kita temukan, banyak sekali timeline kita tiba-tiba dipenuhi oleh jualan-jualan online shopping, mulai dari jualan handphone, jualan baju-baju, aksesoris, dan banyak lagi, sehingga kita jadi bingung dan malas melihat jualan tersebut. Atau, terkadang ada tindakan kriminal yang suka terjadi pada pemasaran online, seperti ketika klien memesan barang dan sudah melakukan transfer pembayaran, yang terjadi malahan supplier atau reseller yang bersangkutan tidak kunjung mengirimkan barangnya, dan bisa dibayangkan betapa kecewanya klien jika hal itu terjadi.

Sebenarnya, banyak kewajiban yang penting diperhatikan dalam pemasaran online, namun terkadang baik supplier maupun reseller suka sekali mengabaikan hal-hal tersebut. Kewajiban yang harus dijalankan oleh para pelaku pemasaran online, sebenarnya juga menunjukkan kualitas dari jualan online tersebut, dan dari situlah juga kadang calon klien memberikan penilaian.

Menurut Dave Chaffey (2009), konsep utama dari pemasaran online yang diperbolehkan adalah :
1. Bukan merupakan pemasaran yang mengganggu (interruption marketing)
2. Bukan merupakan SPAM
3. Dibutuhkan opt-in (online ke email)
4. Opt-out
5. Mempelajari mengenai klien
6. Hubungan yang berawal dan berlanjut berdasarkan insentif

Nah, berdasarkan teori diatas, mari kita bahas mengenai konsep tersebut menurut aplikasi yang berlaku di masyarakat saat ini.

Pemasaran online memang tidak boleh merupakan pemasaran yang mengganggu seperti yang dijelaskan di poin pertama, seperti kita add sembarang orang di sosial media, atau memenuhi timeline orang dengan foto-foto jualan kita dengan terus-menerus. Tanpa disadari, hal tersebut sebenarnya sangat menggangu karena orang bisa menjadi tidak nyaman dengan profile sosial medianya sendiri yang penuh dengan jualan-jualan online dari account lainnya.

Pertanyaannya, apakah sebenarnya boleh kita memasang atau melakukan tagging kepada member sosial media lainnya? Sebenarnya boleh saja, asal jangan terus menerus karena hal itu sangat mengganggu, dan dilihat respon orang tersebut. Kalau orang tersebut tidak pernah memberi respon, jangan Anda share gambar lainnya kecuali dia yang meminta atau bertanya duluan kepada Anda, karena perilaku Anda bisa dianggap menjengkelkan kalau terus-menerus mengirim gambar “tanpa permisi”. Cara kedua yang mungkin masih dimaklumi, adalah usahakan foto yang akan di tagging atau share ke member lain merupakan foto yang menarik, dan jauhkan dari unsur pemaksaan untuk membeli.

Selanjutnya, seperti yang dijelaskan di poin kedua, pemasaran online juga memang tidak boleh merupakan spam, karena hal itu bisa merusak image dari penjualan online itu sendiri. Dikatakan bisa merusak image adalah karena memang seringkali email yang masuk ke spam dikategorikan sebagai email yang tidak etis meskipun pada kenyataannya tidak semuanya seperti itu.

Sesuai poin ketiga dan keempat, opt-in dan opt-out harus diperhatikan dalam pemasaran online. Dalam kebijakan opt-in, hal tersebut membutuhkan peran calon pelanggan untuk memilih sendiri layanan yang mereka ingin berlangganan, dan bagaimana informasi yang calon pelanggan berikan dapat digunakan oleh penjual. Kebijakan opt-in juga disebut sebagai permission-based marketing. Sedangkan dalam kebijakan opt-out, adalah di mana pelanggan yang sudah ada menerima komunikasi elektronik, dan biasanya komunikasi itu sudah terjadi sebelum adanya hubungan antara penjual dan pembeli. Kedua hal ini, baik opt-in dan opt-out, tetap merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan dalam pemasaran online.

Dalam pemasaran online, tetap kita harus mempelajari semua calon klien kita seperti dalam poin 5, karena setiap pembeli pastilah punya karakter yang berbeda-beda, dan juga jangan diperlakukan secara sama, tapi ingatlah prinsip bahwa konsumen adalah raja, jadi pelajari klien atau konsumen Anda, dan perlakukan dia dengan sebaik-baiknya sehingga dia tidak akan bosan-bosannya berbelanja di toko online Anda.

Dan yang terakhir, jika posisi Anda adalah supplier dan Anda memiliki reseller, buatlah sistem insentif yang baik kepada reseller Anda, sehingga dia dengan senang akan memasarkannya kepada klien. Jangan karena Anda ingin meraup keuntungan yang banyak, Anda memberikan komisi atau insentif kecil kepada klien, tapi berilah insentif yang menarik dan sesuai, sehingga ia akan terus menjual produk Anda, dan bagi Anda sendiri, penjualan produk online Anda pasti akan lebih meningkat.

So, jika Anda ingin melakukan pemasaran online, tak ada salahnya mempelajari dulu kunci dari pemasaran online tersebut. Dan bukan hanya itu saja, pelajari aplikasinya dalam lingkungan Anda supaya cocok dengan lingkungan pemasaran yang ada. Bagaimana? Mau mencoba berjualan online dan meraih keuntungan melalui online? Tidak ada salahnya mencoba..

Happy selling…

(Fanya Jodie/FJ/BL)
Foto : Businesslounge