Jamie Dimon, Sosok Pahlawan di Balik Suksesnya JPMorgan Menghindari Badai Krisis Finansial

(The Manager’s Lounge – Leadership) – JPMorgan merupakan salah satu institusi finansial yang berhasil menghindari hantaman keras badai krisis finansial yang menghantam sejak tahun 2007 lalu. Dan sosok yang paling berjasa dalam memimpin JPMorgan menghindari badai tersebut adalah Jamie Dimon, yang tak lain dan tak bukan merupakan CEO bank tersebut.

JPMorgan Cemerlang di Tengah Krisis
JPMorgan masih jauh lebih baik dalam menghadapi krisis dibandingkan para pesaingnya. Sejak Juli 2007 ketika krisis baru dimulai, hingga kuartal II tahun ini, JPMorgan hanya mengalami kerugian sebesar $5 miliar pada instrumen-instumen berisiko tinggi seperti CDO dan sebagainya, bandingkan dengan kerugian Citi $33 miliar, Merrill Lynch $26 miliar dan Bank of America $9 miliar. Kuartal III ini, laba JPMorgan melejit menjadi $3.59 miliar, dari sebelumnya $527 juta tahun lalu periode yang sama, di tengah krisis finansial.

Namun JPMorgan bukannya tidak mengambil langkah yang salah. Waktu itu JPMorgan tidak mau kelewatan boom yang terjadi di sector properti, yang nyatanya kemudian malah terhantam oleh krisis, dimana harga property anjlok, dan kredit macet melejit. Kuartal III ini saja JPMorgan masih harus melakukan write-down sebanyak $1.5 miliar untuk KPR dan leveraged-loan, serta $600 juta untuk pelemahan nilai saham preferen dari Fannie Mae dan Freddie Mac

Kinerja sahamnya pun relatif lebih baik dibandingkan dengan bank lainnya. Saat saham finansial mengalami aksi jual besar-besaran pada Maret lalu, yakni ketika AIG terpaksa harus di-bailout pemerintah AS. Saham JPMorgan ‘hanya` anjlok 67% saja, bandingkan dengan Bank of America yang sahamnya anjlok 94% dan Citigroup yang terjun 98%. Tahun lalu, kapitalisasi pasarnya jauh di bawah kedua pesaingnya tersebut (BofA dan Citi) namun kini mereka merupakan bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di AS.

Peringatan Jamie Dimon
Bagaimana JPMorgan dapat menghindari krisis finansial pada tahun 2007 lalu? Kuncinya ada pada sosok Jamie Dimon, orang yang pertama kali melihat indikasi kekacauan di pasar subprime sejak tahun 2006, serta dukungan para pengikut setianya.

Filosofi yang dipegang JPMorgan salah satunya adalah menghindari bisnis yang risikonya lebih besar dari yang kelihatan, meskipun bisnis itu sangat menggiurkan. Inilah yang mendorong JPMorgan untuk menghindari produk structured investment vehicles (SIV). Sebelum adanya Dimon, JPMorgan memang sudah menghindari SIV karena memandangnya terlalu berisiko, faktor yang sering dilupakan oleh investor. Saat JPMorgan membeli Bank One pada tahun 2004, mereka juga memperoleh SIV senilai $8 miliar milik Bank One. Setelah berdebat, akhirnya Dimon mengambil keputusan untuk menjual seluruh SIV tersebut. Hasilnya, JPMorgan sama sekali tidak terekspos terhadap risiko SIV, bandingkan dengan Citigroup $58 miliar dan HSBC $35 miliar.

Menjual SIV hanya langkah awal, langkah lebih besar lagi diambil JPMorgan yang menyingkirkan CDO subprime. Tahun 2006, JPMorgan saat itu merupakan yang paling aktif dalam melakukan sekuritisasi KPR.dan berkutat dengan CDO subprime. Waktu itu CDO subprime memang menjadi primadona yang dapat menghasilkan miliaran bagi perusahaan-perusahaan di Wall Street. Namun, tak lama kemudian Dimon mengambil keputusan signifikan yang menyelamatkan JPMorgan dari krisis. Ia melihat bahwa pinjaman subprime yang macet semakin melejit, dan menyimpulkan bahwa standar underwriting dalam industri keuangan telah merosot.

Subprime dianggap terlalu berisiko, sehingga Jamie kemudian memperingatkan William King, chief of securitized products JPMorgan yang sedang ada di Rwanda akan bahaya tersebut, dan memerintahkan untuk menjual posisi subprime. Mulai akhir 2006, JPMorgan sudah mengurangi kepemilikan utang subprime mereka, yakni lebih dari $12 miliar. Mereka juga memberikan peringatan kepada lini bisnis yang lain, serta menasihati klien mereka untuk menjual CDO.

Tahun tersebut, hedge fund yang memegang kepemilikan CDO berhasil membukukan keuntungan jutaan dollar, dan CDO jadi primadona di Wall Street. JPMorgan merosot dari posisi 3 ke 6 dalam fixed-income underwriting dari tahun 2005 hingga 2007. Salah satunya adalah karena menghindari subprime CDO, area yang sedang digemari dan saat itu memberikan banyak laba bagi pesaingnya. Namun, ternyata keputusan Jamie Dimon saat itu justru terbukti sangat tepat di kemudian hari.
Dimon, Si Jago Lobby
Dimon merupakan orang yang jago dalam melobby, sehingga ia dianggap sebagai salah satu sosok paling berpengaruh dalam industri finansial. Ia mengunjungi Washington sekitar sekali tiap bulan, dan berupaya untuk menancapkan pengaruhnya kepada para politisi yang menjalankan Kongres.

Ia juga punya hubungan baik dengan Barack Obama dan pihak-pihak yang merupakan inner- circle Presiden, seperti penasihat Valerie Jarrett, Chief of Staff Rahm Emanuel, dan penasihat ekonomi Larry Summers. Dimon juga mengenal Hillary Clinton, sejak Hillary maju sebagai kandidat Presiden.

Salah satu regulasi yang tidak disukainya adalah regulasi yang sedang dirancang pemerintah terkait dengan kartu kredit, termasuk pelarangan kenaikan suku bunga secara retroaktif. Undang-undang ini akan membuat suatu badan terpisah yang memonitor consumer finance. Industri keuangan dan Partai Republik menentang regulasi ini, sementara House Financial Service Committe sudah setuju akan pembentukan badan tersebut, namun di Senat mengalami ganjalan.

Yang jelas, laporan dari analis JPMorgan memprediksi bahwa perubahan regulasi dapat menurunkan return on equity bank tersebut dari 15% sekarang menjadi 11% pada tahun 2011 mendatang. Akankah Jamie Dimon melakukan lobby terkait dengan regulasi ini? Terlalu cepat untuk mengambil kesimpulan tersebut, kita tunggu saja sepak terjangnya.

Rinella Putri/RP/tml